Kejujuran dan Kisah “Tawanan Harapan"
Teladan dalam perkara kejujuran adalah Abu Bakar As-Shiddiq yang sepanjang hidupnya tidak pernah berbohong. Dalam menyifati Abu bakar Ash-Shiddiq, Mush’ab Bin Az-Zubair berkata, adalah orang yang paling bersegera membenarkan Rasulullah dan senantiasa melazimi kejujuran. Ia tak pernah ragu-ragu sedikitpun dalam hal tersebut atau berpikir terlebih dahulu, bagaimanapun keadaannya.”
Jujur juga bisa menjadi indikasi kemuliaan bagi orang yang menjadikannya sebagai sifat, dan berhias dengannya bisa menghantarkan seorang hamba kepada kedudukan yang lebih baik. Jika anda melihat seseorang yang jujur dalam pembicaraan dan pergaulannya, maka anda dapati keluhuran, kemuliaan dan kebenaran niatnya.
Tentu saja, salah satu pengalaman yang tidak bisa saya lupakan dalam hidup yang pernah saya lewati adalah saat saya mengeluh pada seorang kawan dimana waktu itu, aku luapkan segala apa yang aku pendam. Entah apakah karena aku ingin sekali seperti mereka, tanpa pikir panjang aku mengatakan ”Seandainya saya bisa bicara, berlari, melompat lebih jauh lagi, menyanyi, berpikir, berkonsentrasi dan sebagainya seperti dia,” dan suaraku makin pelan sampai lenyap. Pesan dari perkataan yang aku ungkapkan adalah, ”Seandainya saya punya kemampuan yang dimiliki orang lain, apa yang tidak bisa saya lakukan?” kawanku itu menjawab, ”Kawan, adalah kita tidak bisa melakukan apapun dengan kemampuan orang lain kalau kita tidak menggunakan kemampuan yang sudah kita miliki. Kita akan membohongi diri kita sendiri, dan itu merupakan sikap ketidakjujuran. Kalau kita tidak berhati-hati, kita akan menjadi ’Tawanan Harapan’ yang bisa kita temui di setiap kota.
Tawanan harapan adalah orang yang berharap pada suatu hari kelak dia akan menyusuri jalan dan tersandung pada kotak atau kantung yang berisi harta. Mereka mengharapkan kesempatan besar yang akan memberi makna kemashuran dan kekayaan seketika. Kita juga bisa melihat mereka di pantai, orang yang berharap kapal mereka sedang dalam pelayaran, tetapi dalam hati tahu bahwa kapalnya tidak pernah meninggalkan pelabuhan. Ya, mereka adalah tawanan harapan, dan demikian pula orang yang selalu bermimpi dan mengnginkan kemampuan atau bakat orang lain.
Kisah kehidupan yang kita lewati dan kita lakoni berulang kali meyakinkan kita bahwa kalau kita menggunakan apa yang kita miliki, kita akan diberi lebih banyak untuk digunakan. Kehidupan juga memberi tahu pada kita kalau kita tidak menggunaknnya, kita akan kehilangan benda itu. Tiba-tiba wajahku berubah seperti sepeda motor yang baru saja diberi bensin. Ternyata, tanpa aku sadari, aku tidak percaya dengan apa yang aku miliki.
Ibnu Qayyim berkata,”Tidaklah Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba setelah nikmat Islam dengan suatu nikmat yang lebih utama daripada kejujuran. Kejujuran merupakan nutrisi dan kehidupan Islam. Tidaklah Allah menguji seorang hamba dengan suatu ujian yang lebih besar daripada kedustaan yang merupakan penyakit dan perusak Islam.”
Peganglah sifat jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Manfaat melazimi sifat jujur adalah supaya Anda bisa bergabung dengan golongan orang-orang yang jujur di dalam surga. (Klassikal)
Jujur pada diri sendiri berarti pula kesungguhan yang amat sangat untuk meningkatkan dan mengembangkan misi dan bentuk keberadaannya (mode of Existence) untuk memberikan yang terbaik kepada orang lain. Dia menampakkan dirinya yang sejati, apa adanya, lurus, bersih, dan autentik.
Dia menyadari keberadaannya hanya memiliki makna bila memberikan manfaat bagi orang lain secara terbuka (transparan) tanpa kepalsuan, apalagi menyembunyikan fakta kebenaran atau memanipulasinya. Inilah yang disebut keberadaan autentik (authentic existence ), berdiri lurus, straightforward (berterus terang).