30 Okt 2013

Lihatlah AKU... Dahulu

Hey, aku yang sekarang tampak baik di hadapanmu ini bukanlah aku yang memang baik.
Aku yang sekarang adalah hasil ketidak baikan zaman lampau yang sudah aku benahi. Aku yang sekarang ini hasil kesalahan-kesalahan zaman dulu yang berusaha aku perbaiki.

Jadi?
Orang yang tampak Baik sekarang bukan berarti dia malaikat. Ingat! Dia punya masa lalu.
Orang yang tampak Buruk sekarang bukan berarti dia Iblis. Ingat! Dia punya masa depan.

Aku atau Kamu tak bisa mengubah seseorang karena itu Hak Prerogatif Yang Maha Esa, tapi kita bisa menginspirasi orang lain.
Jangan takut mengajak orang untuk baik bersama.
Jangan takut untuk berubah jadi lebih baik.
Bukankah manusia itu mahluk dinamis?
Setiap saat bergerak dan berubah.

24 Okt 2013

Cinta Menurut Islam

Ada jenis-jenis cinta

1. CINTA MAWADDAH
adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. CINTA RAHMAH
adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih walaupun ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim ertinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

21 Okt 2013

Ikatan Dengan Masa Depan

“UNTUK SEBUAH HATI ,UNTUKMU YANG DI SANA...”


Teruntuk calon istriku yang tak aku tahu dimana kamu kini berada
Tak tau kamu sedang berlaku apa

Ku kan adil seadilnya sampai waktu yang dijanjikan
Berlaku bijaksana, terus berbenah diri
Koreksi hati demi hari ke hari

Hingga suatu saat
Bertemu tulang rusuk ku
Pasti menemukanmu...

Dan kemudian nanti
Ku yakin tidak akan mengenalimu dengan sepasang mata...
Namun juga perantara tali takdir Sang Pencipta
Lewat jiwa yang tulus aku pastikan tahu siapa dirimu....
Yang sesungguhnya...



10 Okt 2013

Ijab Qobul - Akad Nikah

Bacaan Akad Nikah IJab Qobul dalam Bahasa Arab dan Indonesia

Dalam ijab dan qobul pernikahan, seringnya penghulu (atau siapapun yang mengakadkan) memakai tambahan-tambahan yang sifatnya “tidak wajib”. Namun tambahan apapun yang mereka berikan, tidak akan keluar dari pernyataan di bawah ini. dan berikut Bacaan Akad Nikah IJab Qobul dalam Bahasa Arab dan Indonesia ; 

اَنْکَحْتُكَ وَ زَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ …. بِنْتِ …. عَلَی الْمَهْرِ ….


(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka …. Binti …. alal Mahri ….)
Artinya:
“Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu …. puteri ….. dengan mahar …..”
Itu jika yang mengakadkan orang lain; bukan ayah mempelai perempuan. Namun ayahnya langsung yang menikahkan maka setelah kata “pinanganmu” (مخطوبتك) bisa ditambah dengan dengan kata “puteriku” (بنتي) sehingga menjadi:

اَنْکَحْتُكَ وَ زَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ بِنْتِيْ …. عَلَی الْمَهْرِ ….


(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti …. alal Mahri ….)
Artinya:

Kitab-Kitab Islam

3 Okt 2013

Pelajaran Dari Si Buta

Si Buta yang Membuatku Melek

Nama saya Rusydi. Usia saya masih belum tiga puluh tahun ketika istri saya melahirkan anak pertama kami. Saya tidak pernah memperhatikannya walaupun dia sangat keletihan dan kesakitan ketika mengandung. Hampir setiap malam saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman saya. Begadang sampai pagi. Malam-malam kami penuh dengan tawa dan banyolan-banyolan lucu tapi konyol. Sayalah yang biasanya membuat mereka tertawa terbahak-bahak, karena saya bisa menirukan gaya maupun suara orang yang sedang kami lecehkan.

Suatu malam saya berlaku usil kepada seorang buta yang sedang berjalan di depan pasar. Tidak cukup dengan ejekan mulut, saya malah meletakkan kaki saya di depannya. Orang buta itu tersandung dan jatuh tersungkur. Kami tertawa terbahak-bahak, sementara orang buta itu hanya menggeleng-gelengkan kepala tanpa tahu apa-apa.

Seperti biasa, malam itu saya pulang telat. Saya melihat istri saya sedang menunggu. Ia tampak lemas sekali.

“Dari mana saja kamu, Rusydi?” tanyanya.

“Ya dari teman-temankulah, masak dari Bulan,” jawab saya sekenanya.

“Saya lemas sekali. Rasanya saat kelahiran sudah hampir tiba.”
Selama ini saya memang sering membiarkan istri saya, apalagi pada usia sembilan bulan kehamilannya. Saya pun segera membawanya ke rumah sakit. Ia dimasukkan ke ruang persalinan. Saya menunggu di luar, sementara ia berperang melawan sakit. Ia mengalami kesulitan persalinan. Berjam-jam saya menunggu di luar, sampai akhirnya saya pulang terlebih dahulu dan menunggu kabar. Tak lupa saya berpesan kepada perawat agar menghubungi saya kalau terjadi apa-apa. Satu jam kemudian, perawat menghubungi saya mengabarkan kelahiran anak saya. “Salîm (tanda bahwa anak saya lahir dengan selamat),” katanya. Saya segera kembali ke rumah sakit.

Tiba di rumah sakit, saya ingin segera menemui istri dan anak saya yang baru lahir. Tetapi perawat tidak mengizinkan dan menyuruh saya menemui dokter terlebih dahulu. Dokter kepala yang mengurus proses persalinan.
“Ada apa, Dokter?”

“Tidak ada apa-apa. Anak Anda telah lahir.”

“Alhamdulillah.”

“Ya, kita memang harus selalu bersyukur kepada-Nya dalam keadaan apa pun, termasuk ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan.”

“Maksud dokter?”

“Anak Anda mengalami cacat cukup parah di kedua matanya, dan tampaknya ia tidak dapat melihat seumur hidup.”

***

 
 Ah! Saya tertunduk lemas. Langit seakan runtuh menimpa saya. Saya teringat pada pelecehan saya terhadap orang buta di pasar tempo hari yang saya jegal dengan kaki saya. Benar sekali kata pepatah: “siapa menabur benih akan menuai buah”, “siapa menabur angin akan menuai badai”, “siapa menggali lobang akan terperosok”. Saya hanya bisa diam. Tak tahu harus berkata apa. Beban ini terasa berat sekali.