27 Des 2012

Menyanjung dengan Bijak

Ada seorang raja yang mata kanannya buta dan kaki kirinya pincang. Suatu hari dia memanggil pelukis untuk melukis dirinya.

Sang pelukis melukis raja seperti seorang pejuang yang hebat. Matanya bercahaya dan bersinar, dan kakinya berotot seperti atlet.
Raja tidak senang dengan karyanya ini.
"Kamu pembohong. Ini bukan saya."

Pelukis kedua di panggil. Setelah mengetahui apa yang terjadi sebelumnya, pelukis ini melukis sang raja persis seperti apa adanya.
Sang Raja juga tidak senang. "Seni macam apa ini?" Dia bertanya kepada si pelukis dengan marahnya.

Pelukis ketiga datang dan melihat raja dengan seksama dan mulai melukis. Dalam lukisannya, raja digambarkan dengan mengenakan pakaian berburu. Dia sedang menembak dengan posisi berlutut, kaki kanannya ditekuk dan kaki kirinya menopang pangkal senapan yang di pegangnya. Hanya mata kirianya yang terbuka karena ia sedang membidik seekor serigala di kejauhan.
Raja sangat puas. Dia menghadiahi pelukis ini sekantong emas dan memuji sebagai pelukis terbaik di negerinya.

PESAN MORAL :
Menyanjung adalah seni memberitahu seseorang dengan tepat apa yang orang itu pikirkan tentang dirinya. Tetapi haruslah dilakukan dengan bijak. Meskipun mengabaikan keburukan orang lain yang menyolok ataupun mengecilkan kesalahan/kejanggalannya merupakan bentuk sanjungan, melakukannya dengan cara yang halus amat penting untuk kehidupan bersama...